Gereja Katolik Santo Aloysius Gonzaga Mojosongo - Surakarta

Dalam Nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus...

Jalan Salib

Saudara-saudara terkasih, pada hari ini kita berkumpul untuk merenungkan sengsara Tuhan kita Yesus Kristus melalui jalan salib-Nya.  Ia rela menderita sengsara sampai wafat terdorong oleh cinta.  Lewat sengsara dan wafat-Nya, Ia ingin membagikan apa yang masih ada pada-Nya, yakni hidup-Nya, nyawa-Nya, demi keselamatan kita.  Dengan mengenangkan sengsara dan wafat Tuhan Yesus, kita ingin semakin menyadari betapa besar kasih Tuhan kepada kita sampai Ia rela membagikan segala yang ada pada-Nya, termasuk hidup-Nya sendiri, kepada kita.  Marilah, sepanjang jalan salib ini, kita mohon agar Tuhan membangkitkan dalam diri kita yang telah dipersatukan dalam Ekaristi, juga mau diutus untuk berbagi.  Semangat berbagi yang sungguh tulus.

Doa Pembuka :

Allah Bapa yang maha pengasih dan penyayang, kami bersyukur kepada-Mu, karena pada hari ini Engkau mengumpulkan kami untuk napak tilas perjalanan Tuhan Yesus ke puncak Golgota.  Utuslah Roh Kudus untuk mendampingin kami meniti Jalan Salib ini agar, berkat pertolongan-Nya, kami semakin menyadari betapa besar cinta-Mu kepada kami.  Dan, lewat Jalan Salib ini pula, ajarlah kami agar kami yang telah dipersatukan dalam Ekaristi mau diutus untuk berbagi, semakin tulus berbagi kasih dengan sesama, khususnya yang kecil, lemah, dan menderita.  Semua ini kami mohon dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

Amin.

Mari kita merenungkan
Yesus yang menjadi kurban
karna cinta kasih-Nya

Perhentian 1 – Yesus Dihukum Mati

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia. 

Bagaikan penjahat Yesus dihadapkan kepada Pilatus untuk diadili.  Pilatus takut kehilangan simpati rakyat, maka Yesus didera.  Akhirnya demi kepentingan pribadi, Pilatus menjatuhkan hukuman mati yang tidak adil.  Namun Yesus dengan tenang, sabar dan rela menerimanya.
Apakah kita lebih baik dari Pilatus, bila kita mengadili sesama dengan syak dan prasangka?
Apakah kita yang telah dipersatukan dalam Ekaristi lebih mementingkan diri kita sendiri daripada keadilan dan kebenaran?
Apakah kita sabar bila ada salah paham yang merugikan kita?
Apakah kita masih bisa mencinta bila dibenci orang?

Hening…..

Ya Tuhan, untuk menyelamatkan kami, Engkau menerima hukuman mati dengan tenang.  Ajarilah kami untuk menjadi sabar bila kami mengalami ketidakadilan.  Karena cinta kepada-Mu kami pun ingin berbagi kepada sesama terutama yang kecil, lemah, miskin dan cacat; seperti Engkau yang telah rela berkorban untuk kami dalam Ekaristi Kudus.
Tuhan, kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Anak Domba tak bersalah
ajar kami pun berpasrah
taat pada Bapa-Mu

Perhentian 2 – Yesus Memanggul Salib

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Para serdadu mengayam sebuah mahkota duri dan meletakkannya di kepala Yesus.  Setelah diolok-olok, Yesus dibawa keluar, sebuah salib besar diletakkan di atas bahu-Nya.  Yesus menerima beban itu dengan rela dan cinta.  Betapa pahit piala yang harus diminum-Nya.
Apakah kita masih sanggup memanggul salib, bila datang kesulitan dan diejek orang?  Apakah kita tahan menderita bila sakit, atau kita terus mengeluh saja?

Hening…….

Ya Tuhan, dengan rela Kau panggul salib-Mu yang berat karena kelemahan kami.  Berilah kami kekuatan untuk memanggul salib kami yang kecil dibandingkan dengan salib-Mu yang berat.
Tuhan, kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Kayu salib Dia panggul,
Mari kita pun memikul
salib kita di dunia.

Perhentian 3 – Yesus Jatuh Untuk Pertama Kali

Kami menyembah Dikau, ya tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Yesus sudah lelah.  Raga-Nya yang perkasa sudah menjadi lemah.  Beban-Nya kelewat berat.  Jalannya mendaki.  Yesus jatuh di bawah salib yang berat ini.  Tetapi Yesus tidak berhenti disitu.  Karena ditopang oleh semangat yang luar biasa.  Ia berusaha bangun kembali dan melanjutkan perjalanan-Nya. Jatuh memang pengalaman yang tidak enak.  Lebih-lebih bila disaksikan dan diketahui banyak orang.  Apakah kita rela mengakui kesalahan kita waktu jatuh?  Ataukah kita menutup kesalahan kita dengan sombong? Apakah kita berani bangun kembali dengan rendah hati, ataukah kita tinggal di lantai saja karena malu?

Hening…….

Ya Tuhan, Engkau bersabda, “Hanya yang memikul salib dan mengikut Aku dapat menjadi murid-Ku.” Dengan rela Kau panggul salib yang berat karena kelemahan kami.
Tuhan, kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Tuhan Yesus, tolong kami
bila kami jatuh lagi,
kar’na salib yang berat.

Perhentian 4 – Yesus Berjumpa dengan Ibunya

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Maria berdiri di pinggir jalan salib, yang dilewati oleh Putranya.  Mereka saling beradu pandang.  Maria melihat kesedihan Putranya dan turut menanggung segala penghinaan dan kesakitan bersama Dia. Setia kepada orang yang kuat dan berkuasa, itu lebih mudah daripada setia kepada teman yang namanya jelek dan dimusuhi banyak orang.  Namun kesetiaan ini yang dibutuhkan seseorang untuk tetap bertahan pada cita-citanya.  Beranikah kita setia dan mau bersatu dengan yang kecil, lemah, miskin dan cacat?  Apakah kita yang telah dipersatukan dalam Ekaristi mau diutus untuk berbagi?

Hening…….

Tuhan Yesus yang lembut hati, berilah kami semangat seperti Bunda Maria.  Berilah kami hati yang terbuka untuk mengerti dan menerima keadaan orang lain seperti apa adanya.  Jadikan kami peka untuk menghargai perhatian dan cinta sesama kepada kami sendiri.
Tuhan, kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

O Maria, bunda kudus,
yang setia ikut Yesus,
Kau teladan hidupku.

Perhentian 5 – Yesus Ditolong oleh Simon dari Kirene

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Tuhan sendiri tidak sanggup lagi memanggul salib-Nya lebih jauh.  Algojo-algojo memaksa seorang petani yang baru pulang dari ladangnya untuk membantu Yesus memanggul salib-Nya.  Tuhan bersabda, “setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya”. “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu, demikian kamu memenuhi hukum Kristus”, kata Santo Paulus.  Saling menolong dan berbagi adalah kata-kata yang mudah diucapkan namun tidak mudah dilaksanakan.  Apakah kita masih mempunyai hati yang mau berbagi untuk pengemis yang lapar, orang yang berduka, teman yang terlalu banyak beban; ataukah hati sudah menjadi benteng yang tertutup?  Bantuan, meski kecil, sangat berarti bagi yang membutuhkannya.  Mari berbagi.

Hening…….

Ya Tuhan, kami takut terhadap salib, lembutkanlah hati kami yang keras.  Tumbuhkanlah sikap saling menolong dan berbagi, agar masyarakat kami semakin damai dan sejahtera menurut kehendak-Mu. Tuhan, Engkau menerima Simon dari Kirene untuk membantu memanggul salib bersama Dikau, ajarilah kami agar kami mau juga berbagi.
Tuhan, kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Apa pun yang kau lakukan,
bagi para penderita,
pada Tuhan berkenan.

Perhentian 6 – Veronika Mengusap Wajah Yesus

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Veronika melihat penderitaan Yesus dan kekerasan serdadu-serdadu.  Tanpa takut dan malu ia mendekati dan mengusapi wajah Yesus yang berlumuran darah itu.  Sebagai tanda terima kasih-Nya Veronika mendapat gambar wajah Yesus. Disekitar kita ada orang yang butuh bantuan.  Karena lapar, sakit, jadi korban persaingan, fitnah dan sebagainya; apakah kita berani membantu ataukah kita takut diejek, dicemooh, diasingkan, karena mau melibatkan diri dan berbagi dalam permasalahan sosial?

Hening…….

Ya Tuhan, semoga teladan Veronika membuat kami berani untuk membantu, dan tidak malu melawan ketidak pedulian dalam hidup bersama di masyarakat kami.
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Bila kita meringankan
duka orang yang sengsara,
Tuhan Allah berkenan.

Perhentian 7 – Yesus Jatuh Kedua Kalinya

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Walau dibantu oleh Simon dari Kirene, namun karena beratnya beban dan sakitnya badan, Yesus jatuh kedua kalinya di bawah salib.  Lebih menyedihkan dari yang pertama.  Namun dengan tenaga yang tersisa, Yesus berusaha berdiri kembali untuk menyelesaikan tugas-Nya. Dengan enak kita jatuh kembali dalam kesalahan dan dosa yang sama.  Kita tidak tekun untuk bertahan dalam niat baik.  Tuhan tidak suka dengan orang yang puas dengan diri sendiri.  Masih banyak yang harus kita bereskan dalam diri kita, dalam keluarga, dalam masyarakat dan negara kita.  Masih ada banyak soal untuk mewujudkan kesejahteraan antar kita.

Hening…….

Ya Tuhan, karena kami membuat kesalahan dan dosa yang sama, maka Engkau jatuh lagi.  Berilah kami semangat untuk mulai merubah diri dan mengambil langkah yang perlu untuk menghindari terjadinya kesalahan yang merugikan Dikau dan sesama.
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Bilamana kami goyah,
dan tercampak kar’na salah,
ya Tuhan, tegakkanlah.

Perhentian 8 – Yesus Menasehati pada Wanita yang Menangis

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Sejumlah wanita meratapi Yesus yang sedang sengsara.  Daripada menangis, sebaiknya mereka mengikut Yesus dalam jalan salib.  Namun itu tidak mereka lakukan.  Maka mereka ditegur oleh Yesus, “Janganlah menangisi Aku, tetapi tangisilah dirimu dan anak-anakmu.” Tuhan menunjukkan betapa Ia lebih menghargai karya dan amal daripada kata-kata dan airmata yang mengharukan.  Lebih baik kita merubah diri daripada menangisi dosa kita.  Tidak cukup kita menangis bersama orang lain; kita harus juga membuka jalan bagaimana ia dapat keluar dari kesusahannya.

Hening…….

Ya Tuhan Yesus, bebaskanlah kami dari rasa takut terhadap mereka yang menderita.  Janganlah kami menjadi kecil hati bila melihat orang lain menderita.  Bantulah kami agar dalam keadaan apa pun kami mampu melupakan diri sendiri dan berbagi dengan orang lain yang sedang berkesusahan.
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Dalam tobat yang sejati,
kini akan kuratapi
dosa dan pelanggaran.

Perhentian 9 – Yesus Jatuh Ketiga Kalinya

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Puncak bukit Golgota sudah nampak.  Yesus sudah kehabisan tenaga sama sekali.  Karena berat penderitaan-Nya, Yesus jatuh tersungkur untuk ketiga kalinya.  Namun Ia tidak mau menyerah.  Demi cinta-Nya kepada Bapa dan manusia,  Ia ingin menyelesaikan tugas-Nya.  Untuk pendosa yang tidak mau bertobat, Ia menderita untuk membuka jalan kembali kepada Bapa.  Maka Ia berusaha bangun lagi dan berjalan terus. Kita pun belum sampai tujuan.  Adakalanya kita merasa semua kurban nampak sia-sia, sehingga semangat kita padam.  Namun yang harus diingat adalah tidak ada derita tanpa arti bagi orang yang percaya kepada Kristus.

Hening…….

Ya Tuhan, Engkau jatuh lagi di bawah salib yang berat.  Namun Engkau tidak menyerah melainkan bangun kembali.  Kami kagum karena hasrat-Mu untuk menyelesaikan jalan yang sia-sia ini.  Maka kuatkanlah semangat kami bila kami putus asa dan ingin menyerah.  Ampuni kami bila kami patah semangat.
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Bila hatiku gelisah
kar’na dosa dan derita,
tanganMu ulurkanlah.

Perhentian 10 – Pakaian Yesus Ditanggalkan

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Sesampai di bukit Golgota, Yesus disiapkan untuk disalibkan.  Serdadu-serdadu secara kasar sekali melancarkan penghinaan yang paling keji, menanggalkan pakaian Yesus di depan umum.  Dan luka-luka bekas penderaan mulai berdarah lagi. Apakah kita berbuat lebih baik bila kita menghina orang lain, menceritakan kelemahan orang lain?  Apakah kita tidak menghina tuhan, bila kita kurbankan kemurnian badan kita?  Tuhan menderita karena kita tidak punya perasaan malu.

Hening…….

Ya Tuhan, dalam hidupMu, Engkau telah menunjukkan kepada kami betapa tinggi bagi-Mu nilai badan manusia.  Ajarilah kami untuk lebih senang berkorban dan bermati raga untuk turut merasakan penderitaan mereka yang hidup berkekurangan daripada hidup enak-enak dan menyalahgunakan badan kami untuk mencari hiburan yang tidak sehat.
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

PakaianMu dibagikan,
martabatMu direndahkan;
Kau tinggikan harkatku.

Perhentian 11 – Yesus Dipaku di Kayu Salib

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Tibalah saat yang paling ngeri : Para algojo mencampakkan Yesus ke tanah, menembusi tangan dan kaki-Nya dengan paku pada palang penghinaan, yaitu kayu salib.  Setelah itu mereka menegakkan salib itu. Tanpa mengeluh, Yesus mendoakan para algojo, “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Kita pun sering terikat pada manusia, pada suatu tugas yang tidak enak, maka kita lari daripadanya.  Namun menjadi pengikut Yesus berarti ikut dipaku di salib.  Sanggupkah kita menyelesaikan tugas perutusan kita?  bukankah kita diutus untuk berbagi?

Hening…….

Tuhan, menjadi pengikut-Mu tidak mungkin setengah-setengah.  Beri kekuatan pada kami agar iman kami semakin dalam kepada-Mu sehingga persaudaraan sejati dapat dibangun.  Menjadi murid-Mu berarti kami harus konsekwen dan terlibat dalam pelayanan berbagi kasih di tengah masyarakat. Tuhan kuatkanlah kami yang lemah.
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Dari salib Kau melihat
tak terbilang yang menghujat,
berapakah yang taat.

Perhentian 12 – Yesus Wafat di Salib

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Tiga jam lamanya Yesus bergulat dengan maut.  Tiga jam penuh sengsara, sendirian.  Sampai-sampai Ia merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya, sehingga Ia berteriak dengan suara nyaring : “Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Daku?”  Namun Ia tetap taat kepada Bapa sampai wafat dengan berkata, “Ya Bapa, kedalam tangan-Mu Ku serahkan nyawa-Ku.”

Semua hening sejenak merenungkan wafat Tuhan dan berlutut

Ketaatan Tuhan Yesus inilah yang mendatangkan penebusan dosa bagi manusia.  Berkurban itu memang pahit, bila ditanya “mengapa”?,  namun membahagiakan bila dilaksanakan dengan ikhlas.  Kurban Kristus adalah jaminannya.  Percayakah kita bahwa jalan salib apa pun bagi kita menjadi jalan bahagia? Percayakah kita bahwa kurban mana pun membawa berkat bagi kita?  Itu semua berkat salib Kristus

Hening…….

Ya Yesus yang mahabaik, tidak ada cinta yang lebih besar daripada cinta seorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabatnya.  Demikian besar cinta-Mu kepada kami, sehingga Engkau rela berkorban menyerahkan Tubuh dan Darah-Mu, untuk kami.  Kami bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu. Tolonglah agar kami dapat menghayati dan meneruskan nilai-nilai Injil ajaran-Mu dan tradisi Gereja Katolik, sehingga kami mau berkurban untuk melibatkan diri dalam permasalahan sosial terutama kemiskinan, kerusakkan lingkungan hidup serta ketidak pedulian dalam hidup bersama.
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Biji mati menghasilkan
buah yang berkelimpahan;
wafatMu menghidupkan.

Perhentian 13 – Jenazah Yesus Diturunkan

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Maria ikut menderita bersama Putranya.  Maka kini usaha yang terakhir untuk menghormati putranya adalah dengan memakamkan-Nya secara pantas.  Yusuf dari Arimatea menurunkan Yesus dari salib dan merebahkan-Nya pada pangkuan Maria Bunda-Nya. Sekali lagi Maria memeluk Putranya dan dalam hati ia berkata, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kehendak-Mu”.  Dialah abdi Allah yang setia.

Kita pun didampingi Maria baik dalam suka mau pun duka, baik dalam hidup mau pun dalam kematian. Apakah kita pun sabar mendampingi sesama yang menderita?  Apakah kita yang telah dipersatukan dalam Ekaristi dan mau diutus untuk berbagi?

Hening…….

Bunda Maria, kami kagum melihat sikapmu.  Sikap cinta tanpa pamrih, setia dan percaya kepada Allah. Doakanlah kami agar kami mampu meneladan cintamu, bukan hanya dalam kata-kata hampa, tetapi nyata dalam hidup dan perbuatan kami, karena iman tanpa perbuatan adalah mati.  Bunda yang berduka cita, melalui Yesus Putra-Mu kami berseru :
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Salib tanda kehinaan
jadi lambang kemenangan
kar’na Tuhan t’lah menang.

Perhentian 14 – Jenazah Yesus Dimakamkan

Kami menyembah Dikau, ya Tuhan, dan bersyukur kepadaMu.
Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.

Karena Sabat akan mulai, maka Yesus diminyaki dan segera dimakamkan.  Namun maut tidak dapat menahan Tuhan.   Dari kubur-Nya bangkitlah kehidupan; cinta Yesus lebih kuat dari maut. “Kalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tinggal sendirian!  Namun bila ia mati, ia berbuah banyak.”  Bagi kita orang Kristen, maut tidak boleh menakutkan; bila kita mengikuti Yesus pada jalan salib hidup kita, maka Ia akan menyediakan pula bagi kita hari Paskah yang cerah.

Hening…….

Ya Tuhan, Engkau sendiri juga ingin merasakan kegelapan makam seperti umat manusia.  Kuatkanlah pengharapan kami agar mengalami kebangkitan kelak, meskipun kami masih berziarah di dunia yang masih gelap, biarlah kami percaya kepada Dikau yang sudah bangkit, karena kami telah dipersatukan dalam Ekaristi.
Tuhan kasihanilah kami. Allah, kasihanilah kami, orang berdosa ini.

Tuhan Yesus dimakamkan,
masuk alam kematian,
sampai bangkit mulia.

Penutup

Saudara-saudari, dalam jalan salib ini kita melihat berbagai contoh semangat berbagi dalam diri orang-orang yang terlibat dalam perjalanan Yesus menuju Golgota; Bunda Maria, Simon dari Kirene, Veronika, perempuan-perempuan Yerusalem, dan puncaknya adalah Tuhan Yesus sendiri.  Marilah kita mohon kepada Tuhan, agar kita yang telah dipersatukan dalam Ekaristi, mau diutus untuk berbagi sehingga semangat berbagi semakin membara dalam diri kita dengan lebih ikhlas dan tulus membantu sesama yang membutuhkan.

Marilah kita berdoa.  (Hening)

Ya allah yang maha pengasih dan penyayang, kami bersyukur karena boleh mengikuti jalan salib Tuhan kami Yesus Kristus.  Terlebih kami bersyukur karena Ia berkenan memberikan teladan unggul semangat berbagi di sepanjang jalan salib ini.  Tumbuhkanlah dan teguhkanlah iman kami akan Yesus Kristus, sehingga kami dapat meneladan dia sebagai Gembala yang Baik, semakin murah hati dan dengan rendah hati giat melibatkan diri dalam berbagai permasalahan sosial di sekitar kami terutama kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup dan intoleransi.

Biarlah Roh Kudus mengobarkan semangat kami untuk menjadikan setiap orang dari seluruh alam ciptaan saudara kami, untuk semakin ramah, rela menyapa, memelihara, giat saling membantu dalam lingkungan dan masyarakat kami. Ini semua kami mohon dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu tuhan, Gembala dan Penyelamat kami.

Amin.